Sunday, June 26

My First Ever Gift From My Lovely Star

Tahun ini merupakan tahun yang sangat berarti dalam hidupku, terutama di bulan juni ini, karena selain usiaku yang bertambah, ucapan dari keluarga, sahabat, para dosen-dosen pengajar, serta teman-teman ada yang spesial karena di ulang tahunku kali ini ada bidadari yang menemaniku, serta memberikan aku hadiah yang sangat berkesan sekali.

Awalnya aku sama sekali tidak mengira akan mendapatkan sebuah hadiah, karena ia tidak memberitahuku sebelumnya, "ingin memberiku sebuah kejutan" ujarnya. Saat itu siang hari saat ulang tahunku, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak berhenti didepan rumah, ternyata mengantarkan sebuah bungkusan paket, aku sangat kaget pada saat itu. Setelah aku menerimanya dan melihat kirimannya tertera nama "Karatyaning Lintang" kekasihku, aku lebih kaget lagi melihatnya, sangat terharu aku pada saat itu. Aku tidak dapat menebak apa isi paket itu, dan aku juga hanya ingin membukanya langsung dihadapannya. Namun kami Long distance, dan dimalam harinya kami memutuskan bertemu via web cam, karena hanya dari sanalah kami berdua dapat langsung bertatap muka, ditengah-tengahnya saya menunjukkan paket yang ia berikan, dan aku membukanya. Setelah aku membukanya aku sangat kaget sekali karena ia memberikan sebuah buku yang memang sudah sangat lama aku inginka, sungguh terharu aku saat itu, dan sangat emosional perasaanku, sungguh tidak dapat aku ungkapkan.

Yang membuat aku sangat emosional adalah karena ini pertama kalinya saat aku ulang tahun aku memiliki kekasih yang sangat aku cintai, serta untuk pertama kalinya juga aku menerima hadiah di hari ulang tahunku, di hari spesial, kado spesial, dan dari seseorang yang sangat spesial. Sungguh tidak dapat aku ungkapkan bagaimana perasaan aku saat itu.

Terima kasih Karatyaning Lintang
I Love You






Monday, June 20

Budaya Antri atau Membudayakan Tidak Antri

Suatu siang cuaca saat itu sangat panas, saya sedang mengendarai motor saya untung memperpanjang SIM yang sudah hampir habis masa berlakunya. Kulihat sekilas spedometer motorku, ternyata meteran bensin hampir menunjukkan "E", dan saya berniat untuk mengisinya di pom bensin terdekat.

Tibalah saya di sebuah pom bensin, keadaan saat itu agak ramai oleh kendaraan roda dua seperti yang saya kendarai. saya mengantri untuk menunggu giliran, di tempat saya mengantri terdapat 2 buah dispenser, yang satu hanya premium, dan yang satunya lagi premium dan pertamax. Motor saya menggunakan pertamax.

Saya sudah cukup lama mengantri, berjejer dengan motor yang lebih dahulu datang, namun dari sebelah saya ada seorang pengendara motor, saya tahu ia seorang tukang ojek dari rompi yang digunakannya. Dengan santainya ia berhenti menyelak disamping saya dan berusaha menyerobot. Saat itu saya melihat pertamax hanya tinggal satu motor, dan saya maju untuk mengisi bensin,  namun saya kaget karena tukang ojek tersebut tiba-tiba membentak saya dengan nada yang keras "ET DAH BUSET! MAU JADI JAGOAN LO BARU DATENG LANGSUNG NYELAK-NYELAK, BUKANNYA ANTRI LO, BERANI BENER!!!".

Kurang lebih itu yang ia katakan kepada saya, hampir semua pengendara motor dan petugas pom bensin melihat ke arah saya, sebenarnya apa salah saya?, pengendara motor lain dan petugas pom bensin pun tahu siapa yang mengantri lebih dulu, namun semua hanya terdiam melihat. sayapun tidak ingin memperpanjang perkara, saya hanya diam melihat kearah tukang ojek tersebut, lalu dengan santainya ia mendahului motor saya dan mengisi bensin motornya, selanjutnya baru motor saya yang di isi.

Sepanjang perjalanan saya hanya berfikir, apakah saya salah, mengapa semua orang hanya terdiam, begitu pula dengan saya mengapa hanya diam, apakah budaya antri sudah tidak berlaku lagi, atau hukum rimbakah yang berlaku sekarang?

Monday, June 13

Lensa Mata Saya

Photography bagi saya sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang baru atau banyak orang bilaang dengan khiasan "anak kemarin sore". kalau saya mem-flash back ke belakang merupakan sejarah tersendiri antara saya dan lensa kamera.

Kamera pertama yang saya pegang adalah sebuah kamera mainan berbentuk mobil-mobilan pemberian ayah saya sepulang iya dari kantor, Ia mendapatkannya dari membeli sebuah fast food ayam goreng ternama dan berhadiah sebuah kamera, saya sangat senang sekali ketika melihatnya, selain bentuknya yang lucu yaitu mobil-mobilan berwarna merah, saat itu saya masih kelas 2 SD, saya langsung menggenggamnya dan bergaya seperti photographer profesional, sebenarnya saya tidak tau apa-apa. sayangnya saya tidak dapat mengabadikan hasil foto pertama saya dikarenakan waktu itu foto belum bisa di scan dan saya kehilangan klise-klise hasil foto saya sampai akhirnya kamera itu rusak dan menjadi sampah.

Setelah kamera mobil-mobilan saya menggunakan kamera milik orang tua saya ketika berpergian, masih dengan kamera film, karena pada jaman itu era digital belum begitu terkenal, selain itu harganya yang tidak terjangkau oleh kami.

Kamera selanjutnya saya diberikan sebuah kamera kodak oleh om saya, sebuah kamera film otomatis, sudah dilengkapi dengan built in flash, tidak terbayang saya seperti mendapatkan harta karun, lagi-lagi kesalan saya tidak dapat menyimpan hasil foto dengan kamera ini, sungguh sangat menyesal, selain itu kamera inipun menjadi bangkai karena tidak sengaja dijatuhkan dari lemari dan mengalami kerusakan.

Kamera film, khususnya kamera plastik sangat berarti bagi saya, karena disana saya dapat belajar jujur, apapun hasilnya itulah kita, tanpa polesan digital seperti yang sangat marak sekarang ini, itu menurut pandangan saya.

Kamera digital yang pertama kami miliki adalah Canon PowerShot A510, kamera dengan resolusi 3,2MP, dengan LCD layar 1,8", power oleh 2 buah batrai AA, serta dilengkapi fitur manual yang akhirnya saya dapat belajar lebih dalam. bukan mudah untuk membelinya, kami membeli dengan credit card seharga 2,5 juta tahun 2000, dimana saat itu dengan harga segitu bukan harga yang murah. awal menggunakannya saya masih memakai modus auto dengan dimanjakan fitur dan kita hanya tinggal mengabadikan momen. namun seiring waktu saya ingin mengetahui lebih dalam, mulai dari browsing, sampai membeli buku-buku tentang photography. karena saya tidak puas dengan hasil foto auto. saya pun mulai mencoba - coba dan hasilnya...
blur..
under expose...
over expose...
tidak semudah yang seperti saya baca, sesaat saya berfikir, betapa hebatnya photographer terdahulu yang menggunakan SLR manual dengan menggunakan film dimana mereka tidak dapat melihat langsung hasil foto yang mereka ambil, SALUTE!!!.
sayapun mulai mencoba-coba dengan mengikuti panduan dan juga mungkin sedikit bakat yang saya miliki dan keinginan besar saya, banyak saya berdiskusi dengan rekan sesama photographer, mereka sangat open, 

PERLU DITEKANKAN, tidak perlu anda memiliki kamera bagus, atau harus dengan begini begitu, yang terpenting adalah keinginan untuk terus belajar!!!

karena pada saat itu saya hanya dengan kamera digital yang sudah mulai tergantikan serinya dengan yang lebih canggih namun mereka tetap membantu saya dan membagi ilmunya, keterbatasan bukanlah segalanya. dan sayapun mulai menikmati indahnya mengabadikan momen dibalik lensa.

Namun pada saat menggunakan kamera pocket digital mungkin feeling saya belum kuat dan keterbatasan, saya masih terbiasa meng edit hasil foto saya aga terlihat lebih clean, dan berlanjut ketika saya menggunakan DSLR...
*berlanjut...

Tidak puas hanya dengan pocket, saya mulai mencoba - coba DSLR, saya tidak memilikinya, namun hanya mencoba dengan meminjam-minjam kamera teman saya, semakin saya kecanduan karena selain pegangan kamera lebih mantap, juga dengan prosesor yang dimilikinya menjadi kelebihannya dalam menangkap momen

Setelah menabung 2 tahun lebih ditambah saya mengorbankan PSP kesayangan saya beserta efek-efek gitar yang saya miliki akhirnya saya dapat memiliki sebuah kamera DSLR Canon EOS 30D second, saya memang dari awal memegang DSLR mengincar camera ini karena sensornya saya suka, sebenarnya seri sebelumnya sedikit lebih bagus menurut saya EOS 20D, namun LCD 1,8" kurang bagi saya, dan saya putuskan dengan EOS 30D

*lanjutan...
Setelah saya menggunakan DSLR saya akui masah banyak meng-edit hasiil foto saya, namun dengan semakin banyaknya saya sharing akhirnya saya sudah semakin mengerti dan mengurangi editan, ditambah saya mendapat ilmu yang berharga dengan teknik lighting, dimana awal-awal saya mengenal lebih dalam photography saya terkadang bekerja menjadi assisten lighting dan tukang angkut lampu, saya belajar dari sana bagaimana men-setting dari para photographer, ilmu yang berarti bagi saya dan mengurangi editan pada foto saya dan menggunakan teknik dalam mengabadikan momment.

Yang membuat saya jatuh cinta pada photography adalah karena "moment itu hanya sekali dan tidak dapat diulang, abadikan momen itu"

Thursday, June 9

Sunrise Gunung Batur

Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Indonesia, letak salah satu Gunung Berapi yang masih aktif di Bali. Gunung yang memiliki kaldera terbesar dan terindah di dunia (van Bemmelen, 1949) bernama Gunung Batur. Batur memiliki kaldera dengan luas 13,8 x 10 km, dan selain keindahan kaldera yang dimiliki Batur juga memiliki danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya sekitar 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya sekitar 22 km dan luasnya 16 km2 yang bernama danau Batur.

Sudah tiga kali saya mendaki gunung Batur, dari mulai untuk melihat sunrise yang indah dari puncaknya, mengelilingi gunungnya untuk melihat gumpalan kawah belerang yang masih aktif, sampai hanya untuk hiking melepas rindu dengan gunung yang indah ini, dan selalu ada sensasi yang berbeda.

Tidak terlalu sulit untuk mencapai gunung Batur, namum memang tidak ada kendaraan umum untuk mencapainya, kita harus menggunakan kendaraan pribadi. waktu tempuh untuk mencapai pos pendakian gunung Batur dapat ditempuh sekitar 2 jam dari kota Denpasar. setibanya di ulun danu kintamani kita dapat menjumpai pos pendakian untuk mendapatkan informasi. jika belum pernah mendaki Batur jangan khawatir karena banyak terdapat guide yang siap mengantar mendaki serta mengelilingi gunung, untuk guide range harga untuk sekali tour sekitar 80.000 - 15000 keatas tergantung jumlah pendaki dan negosiasi. Jarak tempuh untuk mencapai puncak batur sekitar 1,5 jam sampai 2,5 jam tergantung kondisi fisik dan alam. sedangkan track yang dilalui untuk pertama kawasan hutan berpasir, kemudian track menanjak yang memiliki medan batuan, sangat disarankan menggunakan safety shoes atau setidaknya sandal gunung untuk safety. Batur Memiliki 2 puncak, yang pertama berupa lapangan padang ilalang bekas letusan gunung, dan kita bisa mendaki sekitar 15 - 30 menit untuk ke puncak tertinggi, namun dipuncak atas lebih kecil. 

Untuk sekedar pemberitahuan, gunung Batur merupakan gunung vulkano dan tidak memiliki sumber air, jadi disarankan untuk membawa logistik dari bawah, walaupun demikian karena objek wisata di puncak tersedia warung - warung yang hanya buka menjelang sunrise, menyediakan berbagai macam minuman dan makanan ringan namun dengang harga yang yang lumayan mahal. untuk sebotol coca - cola kita harus merogoh kocek sebesar 25.000 rupiah. (yog.)

Sumber lain tentang Gunung Batur :


Beberapa photo yang saya ambil ketika sunrise ;