Monday, June 13

Lensa Mata Saya

Photography bagi saya sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang baru atau banyak orang bilaang dengan khiasan "anak kemarin sore". kalau saya mem-flash back ke belakang merupakan sejarah tersendiri antara saya dan lensa kamera.

Kamera pertama yang saya pegang adalah sebuah kamera mainan berbentuk mobil-mobilan pemberian ayah saya sepulang iya dari kantor, Ia mendapatkannya dari membeli sebuah fast food ayam goreng ternama dan berhadiah sebuah kamera, saya sangat senang sekali ketika melihatnya, selain bentuknya yang lucu yaitu mobil-mobilan berwarna merah, saat itu saya masih kelas 2 SD, saya langsung menggenggamnya dan bergaya seperti photographer profesional, sebenarnya saya tidak tau apa-apa. sayangnya saya tidak dapat mengabadikan hasil foto pertama saya dikarenakan waktu itu foto belum bisa di scan dan saya kehilangan klise-klise hasil foto saya sampai akhirnya kamera itu rusak dan menjadi sampah.

Setelah kamera mobil-mobilan saya menggunakan kamera milik orang tua saya ketika berpergian, masih dengan kamera film, karena pada jaman itu era digital belum begitu terkenal, selain itu harganya yang tidak terjangkau oleh kami.

Kamera selanjutnya saya diberikan sebuah kamera kodak oleh om saya, sebuah kamera film otomatis, sudah dilengkapi dengan built in flash, tidak terbayang saya seperti mendapatkan harta karun, lagi-lagi kesalan saya tidak dapat menyimpan hasil foto dengan kamera ini, sungguh sangat menyesal, selain itu kamera inipun menjadi bangkai karena tidak sengaja dijatuhkan dari lemari dan mengalami kerusakan.

Kamera film, khususnya kamera plastik sangat berarti bagi saya, karena disana saya dapat belajar jujur, apapun hasilnya itulah kita, tanpa polesan digital seperti yang sangat marak sekarang ini, itu menurut pandangan saya.

Kamera digital yang pertama kami miliki adalah Canon PowerShot A510, kamera dengan resolusi 3,2MP, dengan LCD layar 1,8", power oleh 2 buah batrai AA, serta dilengkapi fitur manual yang akhirnya saya dapat belajar lebih dalam. bukan mudah untuk membelinya, kami membeli dengan credit card seharga 2,5 juta tahun 2000, dimana saat itu dengan harga segitu bukan harga yang murah. awal menggunakannya saya masih memakai modus auto dengan dimanjakan fitur dan kita hanya tinggal mengabadikan momen. namun seiring waktu saya ingin mengetahui lebih dalam, mulai dari browsing, sampai membeli buku-buku tentang photography. karena saya tidak puas dengan hasil foto auto. saya pun mulai mencoba - coba dan hasilnya...
blur..
under expose...
over expose...
tidak semudah yang seperti saya baca, sesaat saya berfikir, betapa hebatnya photographer terdahulu yang menggunakan SLR manual dengan menggunakan film dimana mereka tidak dapat melihat langsung hasil foto yang mereka ambil, SALUTE!!!.
sayapun mulai mencoba-coba dengan mengikuti panduan dan juga mungkin sedikit bakat yang saya miliki dan keinginan besar saya, banyak saya berdiskusi dengan rekan sesama photographer, mereka sangat open, 

PERLU DITEKANKAN, tidak perlu anda memiliki kamera bagus, atau harus dengan begini begitu, yang terpenting adalah keinginan untuk terus belajar!!!

karena pada saat itu saya hanya dengan kamera digital yang sudah mulai tergantikan serinya dengan yang lebih canggih namun mereka tetap membantu saya dan membagi ilmunya, keterbatasan bukanlah segalanya. dan sayapun mulai menikmati indahnya mengabadikan momen dibalik lensa.

Namun pada saat menggunakan kamera pocket digital mungkin feeling saya belum kuat dan keterbatasan, saya masih terbiasa meng edit hasil foto saya aga terlihat lebih clean, dan berlanjut ketika saya menggunakan DSLR...
*berlanjut...

Tidak puas hanya dengan pocket, saya mulai mencoba - coba DSLR, saya tidak memilikinya, namun hanya mencoba dengan meminjam-minjam kamera teman saya, semakin saya kecanduan karena selain pegangan kamera lebih mantap, juga dengan prosesor yang dimilikinya menjadi kelebihannya dalam menangkap momen

Setelah menabung 2 tahun lebih ditambah saya mengorbankan PSP kesayangan saya beserta efek-efek gitar yang saya miliki akhirnya saya dapat memiliki sebuah kamera DSLR Canon EOS 30D second, saya memang dari awal memegang DSLR mengincar camera ini karena sensornya saya suka, sebenarnya seri sebelumnya sedikit lebih bagus menurut saya EOS 20D, namun LCD 1,8" kurang bagi saya, dan saya putuskan dengan EOS 30D

*lanjutan...
Setelah saya menggunakan DSLR saya akui masah banyak meng-edit hasiil foto saya, namun dengan semakin banyaknya saya sharing akhirnya saya sudah semakin mengerti dan mengurangi editan, ditambah saya mendapat ilmu yang berharga dengan teknik lighting, dimana awal-awal saya mengenal lebih dalam photography saya terkadang bekerja menjadi assisten lighting dan tukang angkut lampu, saya belajar dari sana bagaimana men-setting dari para photographer, ilmu yang berarti bagi saya dan mengurangi editan pada foto saya dan menggunakan teknik dalam mengabadikan momment.

Yang membuat saya jatuh cinta pada photography adalah karena "moment itu hanya sekali dan tidak dapat diulang, abadikan momen itu"

No comments:

Post a Comment